Pengalaman Menjadi Pengawas TPS Pemilihan Umum 2019, Cape Namun Mendapatkan Pengalaman Berharga
Pengalaman itu adalah sebuah hal yang sangat berharga, setiap orang memiliki pengalaman masing-masing pada bidangnya masing-masing dan belum tentu setiap orang memiliki pengalaman yang sama.
Pengalaman sangat berharga bagi setiap orang karena dengan memiliki pengalaman maka seseorang akan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman. Itulah sebabnya banyak perusahaan yang sangat menginginkan memiliki pekerja yang sudah berpengalaman, karena jika karyawan yang bekerja sudah memiliki pengalaman, maka kemungkinan terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh karyawan tersebut sangat kecil.
Menyambung pada judul tulisan ini yaitu Pengalaman Menjadi Pengawas TPS Pemilihan Umum 2019, Cape Namun Mendapatkan Pengalaman Berharga, saya mau berbagi pengalaman saya ketika menjadi pengawas TPS untuk yang pertamakalinya di tahun 2019 ini.
Awal mula saya bisa menjadi pengawas TPS adalah ada rekan yang mengajak untuk mendaftar menjadi PTPS atau pengawas TPS. Pada awalnya saya menolak karena jujur saja saya kurang tertarik dengan dunia politik, apalagi sudah terdengar kabar bahwa pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 april tersebut akan sangat melelahkan.
Namun meski demikian saya berfikir bahwa saya juga harus memiliki pengalaman dalam berpolitik. Meski sempat terfikir bahwa jika saya mendaftar menjadi PTPS itu akan membuat saya bekerja extra keras, namun akhirnya saya putuskan untuk mendaftar dan hingga sampai diterima menjadi PTPS.
Beberapa waktu ke depan saya dipanggil oleh PPL untuk segera memasukan diri ke grup whatsaap Panwas desa saya. Setelah itu saya diberi tahu bersama rekan PTPS yang lain bahwa harus melakukan seminar/pelatihan di kecamatan.
Pelatihan pertama saya tidak bisa hadir karena bertabrakan dengan pekerjaan lain yang sama pentingnnya. Sedangkan pada pelatihan kedua alhamdulillah saya bisa mengikuti dan sedikit mendapatkan gambaran tentang cara kerja dari PTPS.
Selang tiga hari sebelum hari pencoblosan, saya bersama rekan PTPS yang lain kembali disuruh untuk kumpul di kecamatan. Pada saat itu, Panwascam menyuruh kami untuk melepas semua atribut kampanye yang masih menempel di daerah masing-masing. Hal ini dilakukan karena pada masa tiga hari sebelum hari pencoblosana merupakan hari tenang dan tidak boleh ada orang yang berkampanye.
Setelah saya dan rekan PTPS yang lain selesai menyisir setiap kampung yang ada di desa kami, rasa degdegan muncul. Kami dan saya khususnya merasa sangat berat untuk menghadapi tanggal 17 saat hari pencoblosan. Hal ini terjadi karena kami sudah punya gambaran bahwa pekerjaan yang akan kami lakukan sangat riskan, senitif dan tentu saja akan melelahkan.
Namun pada akhirnya saya juga sampai pada hari dimana saya harus siap mengawasi pemilu 2019 agar tetap aman dan minim kecurangan. Meski langkah kaki pada pagi hari tanggal 17 April 2019 sangatlah berat, namun tentu kami sadar bahwa kami telah disumpah dan harus bertanggung jawab dengan pekerjaan yang sudah dipercayakan pada kami.
Berfikir bahwa pekerjaan mejadi pengawas TPS memiliki tanggung jawab yang besar serta beban moril yang tinggi, namun nyatanya alhamdulilah dengan kerja di bawa happy serta enjoy, pekerjaan saya terasa lebih ringan. Selain itu alhamdulilah saya ditempatkan di TPS yang semua anggota TPSnya sangat baik dan humoris, sehingga waktu kerja terasa tidak terlalu lama dan melelahkan karena di selingi dengan candaan-candaan.
Namun tentu tidak seru jika saya tidak melakukan kesalahan, yah namanya juga pengalaman pertama, jadi jujur saja saya sering di tegur oleh PPL yang mengawasi kinerja pengawas TPS. Meski kadang PPL memberi nada tinggi, namun saya cukup senyumi saja dan mengakui jika saya salah karena ya memang belum memiliki pengalaman sama sekali.
Meski banyak di tegur, namun pada akhirnya saya mulai mengerti bagaimana saya harus bekerja secara efektif dan efisien serta tetap menjalankan tupoksi saya sebagai seorang pengawas. Dan akhirnya alhamdulilah saya bisa menyelesaikan pekerjaan yang sangat melelahkan tersebut.
Mengapa saya menyebutnya sangat melelahkan itu karena kita sebagai pengawas TPS harus full time bekerja sama dengan TPS. Selain itu kita harus melaporkan kejadian khusus pada sebuah aplikasi bernama SIWASLU yang cukup ribet. Kurang lebih saya bekerja menjadi PTPS itu hampir 24 jam, berangkat dari rumah jam 05:00 pada tanggal 17 dan pulang 05:30 pada tanggal 18.
Jujur saya katakan bahwa pekerjaan tersebut memang sangat melelahkan, namun alhamdulilah semua lelah itu terbayar dengan pengalaman luar biasa yang saya dapatkan selama menjadi pengawas TPS. Beberapa pengalaman yang saya dapatkan ketika menjadi pengawas TPS adalah bagaimana perilaku tim TPS pada orang yang terdaftar sebagai DPT, bagaimana tindakan saya ketika ada orang yang salah memasukan surat suara, bagaimana berkomunikasi dengan saksi, dan masih banyak lagi.
Selain dari pengalaman tersebut, alhamdulilah juga saya mendapatkan gaji yang cukup lumayan sehingga uang nya bisa saya bayarkan untuk biaya kuliah saya.
Demikian sepenggal cerita dan pengalaman saya menjadi pengawas TPS di desa saya. Semoga bermanfaat.
Penulis : Ikhsan
Komentar
Posting Komentar